Teluk Hijau, pantai tersembunyi yang menawan
Tempat ini merupakan salah satu
kawasan yang baru saja dibuka oleh kabupaten Banyuwangi. Sebenarnya
sebelum sampai ke Teluk Hijau anda akan dimanjakan oleh deretan pohon
jati dan lobang-lobang jalan yang berlumpur dan berbatu. Perjalanan yang
membutuhkan waktu 3 jam dari pusat kota Banyuwangi membuat anda bisa
beristirahat sejenak di kendaraan.
Ketika
mobil tropper berhenti, saya mengira kita sudah sampai ke tempat itu.
Alamakkk....masak ya ini Teluk Hijau...Deretan kapal nelayan hanyak
menjadi pemandangan pertama saya. Batinku pun terus bertanya tanya, mana
nih Teluk Hijau yang dibilang indah nan mempesona. Guratan wajahkupun
sepertinya tertangkap oleh teman sekaligus pemandu saya.
"Ini
bukan Teluk Hijau, Teluk Hijau masih ada dibalik-balik bukit itu", kata
Mas Ivan seraya menunjuk bukit-bukit yang sepertinya tak ada
tanda-tanda teluknya apalagi pantainya. Dengan tenang mas Ivan
menjelaskan kalau ke sana(Teluk Hijau) ada dua alternatif, lewat jalan
darat dan naik kapal. Karena sangat penasaran sayapun bertanya, "Mas
kalau naik kapal biayanya berapa, kalau pakai jalan darat berapa lama".
"Kalau naik kapal biayanya sekitar 35rb, kalau lewat jalan darat cuma 1
km dari titik poin diatas, tapi kalau lewat jalan darat lama perjalanan 1
jam".
"1 jam 1 km mas????"
"Soalnya pemandangan jalan darat bagus banget, jadi bakal lama solanya banyak berhenti gara-gara poto-poto"
Sedikit
agak ragu atas keterangan yang diberikan Mas Ivan, tapi semua kutepis
melihat semangat teman-teman yang lain yang bersemangat untuk berjalan.
"Nanti pulangnya naik kapal aja ya, soalnya pasti capek habis perjalanan
darat, jangan lupa bawa kresek buat tempat tas biar gak kenak ombak
laut", mas Ivan pun mengingatkan rombongan kami untuk lebih banyak
bersiap. Untuk kesini sebaiknya memakai guide lokal, karena biayanya
sepaket dengan konsumsi selama di Teluk Hijau.
Troper
kami pun bergerak menuju titik poin yang telah ditentukan. Banyak juga
para wisatawan lokal yang memakai sepeda motor, tapi bisa dipastikan
banyak berhenti dan menuntun karena memang medannya yang tak mulus.
Masyarakat sekitarpun banyak berlalu lalang mebawa kayu-kayu bakar serta
hasil-hasil bumi untuk dijajakan di pasar. Disepanjang perjalanan,
Paijo teman perjalanan kami pun menuturkan diatas bukit itu masih ada
sekolah lho, tapi sekolahnya cuma seminggu dua kali, yah...mungkin
karena medannya yang kurang bersahabat membuat para pengajarpun susah
sampai ke sekolah setiap hari.
Tak
beberapa lama plang penunjuk jalan terpampang di sudut jalan. Dan
dengan girang sayapun melangkah dengan girang. Satu kilometer kan gak
jauh, batinku. Semula jalanan yang datar dan terlihat muluspun makin
lama makin habis dan berganti dengan jalanan berlumpur dan terjal.
Arghhhhh.....jalanannya jelekkkkk bingittttttt......Karena perawakanku
yang tak langsing ini pun membuatku kesulitan untuk menerobos
lumpur-lumpur yang lengket di kaki. Tapi ternyata bukan itu yang
membuatku kesulitan, temanku yang super duper langsing aja masih
kesusahan menembus lumpur-lumpur terjal. Sial, mas Ivan bohong sama
akuuuu......
Dengan
ngos-ngosan akupun berusaha berjalan sedikit demi sedikit agar cepat
sampai di tempat tujuan. Untung bapak Pemandu membantuku membawakan
sandal serta tasku.
"Masih lamakah pak?", tanyaku
"Dibalik bukit itu", Pak Guide menunjuk bukit berpohon.
Jalanan
yang berlumpur itu pun berganti dengan jalan berbatu-batu besar. "Ini
namanya Teluk Damai", Paijo pun berkata padaku. Okelah okelah Teluk
Damai, lah mana yang Teluk Hijau. Sekali lagi kulemparkan pertanyaan
pada Pak Guide, "masih lama kah pakk?". "Sebentar lagi mbak, semangat
yaaaa, itung-itung ngurangi lemak". Haishhh...nih Pak Guide sudah
senggol-senggol fisik deh bicaranya.
Teluk Damai |
Tiba-tiba
medan yang kita tempuh datar dan tak susah sama sekali. Nafasku yang
mulai lari-lari gak karuan mulai tertata. Huuuhhhh untunglah sudah agak
gampang jalannya. Tiba-tiba Mas Surya berteriak kencang, "its so
beautifulllll". Karena penasaran akupun sedikit agak berlari untuk
menghampiri mas Surya. Dan sampailah kita ke Teluk Hijau. Dan inilah
penampakan Teluk Hijau
Teluk Hijau |
![]() |
photo by: zakiah hasmawaty |
![]() |
photo by: zakiah hasmawaty |
![]() |
photo by: zakiah hasmawaty |
![]() |
photo by: zakiah hasmawaty |
![]() |
photo by : candra ponco |
Pasir putih yang hangat..........
Air Laut yang hijau.......
Karang-karang yang artistik..........
Air terjun tawar yang mempesona.......
Pepohonan hijau.........
Ombak laut yang seksi..........
"Mas
Ivaaaannnnnnnnnnn...........", kusorotkan mataku pada pemuda tambun
yang katanya tadi perjalanan daratnya gak jauh, "katanya cuma 1
kilometer masss, trus jalannya cuma turun biasa gituuu, la tapi itu
jalannya hadeuhhh..penuh perjuangannn sekaleeee....", kulampiaskan
kekesalanku padanya. "Kalo gak dibohongi gitu kamu gak bakal dapat
pengalaman yg berharga kan?", senyum-senyum kemenangan tergambar dr
wajahnya. Huhhhh... iya sih pengalaman ini tak bisa tergantikan oleh
apapun, dan terbayarkan oleh indahnya Pantai Hijau.
Kurebahkan badanku yg sudah mulai kehabisan tenaga di pasir putih itu, kupenjamkan mata sejenak, kunikmati alam yang tak kuperoleh sebelumnya. Ahh......indahnya ciptaan Tuhan ini. Tak berapa lama kamipun dipanggil untuk menikmati konsumsi yang diberikan oleh Pak Guide sambil menikmati ombak. Sekotak nasi yang dengan sebungkus soup dan juga ikan bakar yang baru saja dibakar. Tak lupa minumnya sebuah degan utuh yang membuat ku berangan-angan "kayak di pilem-pilem yah",hehehehe....
Kurebahkan badanku yg sudah mulai kehabisan tenaga di pasir putih itu, kupenjamkan mata sejenak, kunikmati alam yang tak kuperoleh sebelumnya. Ahh......indahnya ciptaan Tuhan ini. Tak berapa lama kamipun dipanggil untuk menikmati konsumsi yang diberikan oleh Pak Guide sambil menikmati ombak. Sekotak nasi yang dengan sebungkus soup dan juga ikan bakar yang baru saja dibakar. Tak lupa minumnya sebuah degan utuh yang membuat ku berangan-angan "kayak di pilem-pilem yah",hehehehe....
Karena
cuaca yang mulai gerimis kamipun bergegas pulang dengan naik kapal yang
sudah standby. Memang tidak capek sih, tapi deburan ombak Laut Selatan
membuat hati ini berkali-kali berdegub kencang. Karang-karang berongga
yang terkikis air laut membuat kami semua terpana melihatnya. Rasanya
ingin sekali bermalam di Teluk Hijau.
0 komentar: