Dedikasi Freeport Indonesia untuk tanggung jawab sosial di Indonesia
Waktu saya bersekolah, mendengar kata Freeport bayangan saya adalah bule-bule
yang kerja di gunung emas di papua. Dan itu tak sepenuhnya salah. Sejak
beroperasi pada tahun 1973 sampai sekarang, para pekerja Freeport yang
mayoritas WNA telah banyak menghasilkan tambang-tambang yang dikirim langsung
ke Negara-negara seperti Jepang, Tiongkok, Spanyol, dan lain-lain. Semenjak
tahun 1997, PT. Freport Indonesia telah membangun Smelter di Gresik yang
bergerak di pemurnian mineral tambang. Para pekerja pun hampir 98% warga Negara
Indonesia, termasuk warga asli Papua.
Pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia telah menguasai 51,23% saham yang
dimiliki PT. Freeport Indonesia dengan membeli sebesar US$ 3,85 miliar atau Rp 53,9 triliun (kurs Rp 14.000). Keuntungan yang didapat dari saham akan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan warga Papua pada khususnya.
Sebelum Freeport berdiri. Lahan di Tanah Papua masih berupa hutan dan
gunung, masyarakat disana jauh dari kata layak pada saat itu. Banyak dari mereka
yang tidak bisa baca tulis, rentan terhadap
wabah penyakit seperti malaria, dan hidup dalam kemiskinan. Lokasi yang
terpencil dan medan yang sulit ditempuh membuat situasi kurang kondusif. Setelah Freeport mulai beroperasi, banyak dari warga Papua yang mulai
pindah mendekati tempat penambangan di daerah Timika. Dan pada akhirnya
dibangun fasilitas-fasilitas penduduk disekitar area, mulai dari perumahan
penduduk, Bandar Udara Timika, serta pembangunan program ekonomi, mulai dari peningkatan kemampuan baca-tulis, memberikan
pelatihan-pelatihan kejuruan, dan mengadakan program kesehatan yang memadai.
Peta penyebaran program CSR PT. Freeport Indonesia
Dapat dilihat dari situ banyak sekali program-program sumbangsih bagi negeri yang telah dipersiapkan
PT. Freeport Indonesia untuk Indonesia khususnya warga Papua. Kontribusi Freeport untuk masyarakat sendiri akan lebih intensif menjalankan
program tanggung jawab sosial (CSR) di Papua dengan fokus pada kesehatan,
pendidikan,infrastruktur dan pengembangan ekonomi setempat.
Dalam sektor kesehatan, PTFI dan
LPMAK juga melanjutkan kerjasama dengan mitra-mitranya dalam pengembangan dan
pelaksanaan program kesehatan masyarakat yang difokuskan pada masalah
kebersihan dan sanitasi; pengendalian infeksi dan penyakit menular seksual
seperti HIV/AIDS dan TB; masalah Kesehatan Ibu dan Anak; dan upaya-upaya untuk
mengurangi penyakit menular seperti Malaria. Selain itu, LPMAK juga membantu
beberapa kampung dalam hal mendapatkan akses ke air bersih. Selain itu PT. Freeport Indonesia membangun Rumah
Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) di dataran rendah dan Rumah Sakit Waa Banti
(RSWB) di dataran Tinggi untuk membantu meningkatkan dan mempermudah akses
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Di sektor ekonomi, Freeport membina 118 pengusaha lokal sehingga
mampu membuka setidaknya 1.036 lapangan pekerjaan baru. Bantuan ekonomi ini
utamanya disalurkan ke bidang peternakan, pertanian dan perikanan, dengan
jumlah total bantuan yang telah tersalurkan mencapai Rp 52,3 miliar.
Dalam bidang pendidikan, Freeport Indonesia melalui dana
kemitraannya yang dikelola Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro
(LPMAK) telah memberikan setidaknya 650 beasiswa per tahun untuk warga asli
Papua.
Dalam sektor infrastruktur
telah dilakukan pembangunan di Timika,
seperti pembangunan Bandara Internasional Mozes Kilangin, Rumah Sakit Mitra
Masyarakat (RSMM), Jembatan Pomako, Kompleks Olahraga Mimika, Fasilitas Air
Minum hingga bantuan pembangunan Kantor Pemerintahan Kabupaten Mimika.
Dilansir dari liputan6.com, baru-baru ini PT
Freeport Indonesia menghabiskan USD 33 juta dolar AS atau sekitar Rp 462 miliar
(kurs Rp 14.000 per dolar AS) untuk membangun pusat olahraga Mimika Sports
Complex di Kabupaten Mimika, Papua. Pusat olahgara tersebut akan digunakan
untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020.
Di pusat olahraga itu, terdapat
stadion atletik dengan karpet lari yang diimpor dari Jerman, dan rumput
lapangan yang diimpor dari Swiss.
"Stadion atletik ini sudah
standar internasional kelas II. Jadi jika pada PON nanti ada rekor
internasional atletik yang terpecahkan maka bisa tercatat resmi, " kata
Manajer Urusan Eksternal (External Affairs Manager) Mimika Sports Complex
(MSC), Malik A Lukito di Mimika, seperti dikutip dari Antara, Senin
(29/7/2019).
Sumber :
Mantap. Menambah wawasan. Saya perlu perdalam lagi mengenai kontribusi Freeport ini untuk Indonesia dan Papua khususnya.
BalasHapusTerima kasih
Makasih juga sudah mampir...
Hapus